Gelombang pasang dana hijau mengapungkan perahu greenwash

Node Sumber: 1599460

Membanjirnya dana tunai untuk ESG dan pendanaan berkelanjutan juga telah membanjiri sektor pendanaan iklim dengan kekhawatiran mengenai greenwashing.

Dengan perkiraan investasi sebesar $3 triliun dalam dana tersebut dan proyeksi arus masuk yang lebih banyak lagi yang memecahkan rekor pada tahun 2022, maka masuk akal jika sebagian dari dana tersebut mewakili lebih banyak upaya pemasaran daripada upaya nyata untuk mengatasi perubahan iklim.

Apa sebenarnya yang sedang kita bicarakan? Pada dasarnya, greenwashing adalah sebuah pelintiran — pesan yang memberikan kesan menyesatkan bahwa suatu produk, strategi, atau praktik ramah lingkungan. Di sektor pendanaan iklim, greenwashing bisa dilakukan secara sederhana – dan terang-terangan – seperti memberi label ESG pada sebuah dana yang tidak memiliki transparansi atau data nyata untuk mendukung klaim tersebut, dan mungkin tidak memiliki strategi berbasis ESG sama sekali.

Tuduhan ini dilontarkan pada musim gugur lalu di Deutsche Bank oleh Desiree Fixler, mantan pejabat keberlanjutan DWS Group, cabang manajemen aset bank tersebut, dalam keributan yang sangat umum. Dalam presentasinya di hadapan dewan eksekutif, ia mengatakan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki strategi ESG yang jelas, tidak memiliki kebijakan mengenai batu bara dan bahan bakar fosil lainnya, serta bahwa tim ESG-nya dipandang sebagai spesialis dan bukan sebagai bagian integral dalam pengambilan keputusan.

“Posturing with big statements on climate action and inclusion without the goods to back it up is really quite harmful as it prevents money and action from flowing to the right place,” Fixler argued.

Kejatuhan? Deutsche Bank mengeluarkan laporan yang membantah klaim Fixler dan memecatnya. Deutsche Bank, sebuah lembaga yang telah memiliki reputasi lama dalam menjalankan praktik-praktik etis, kembali mendapat pemberitaan buruk.

Salah satu solusi inovatif, yang diadopsi oleh penasihat kuantitas, adalah dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan greenwashing.

One current focal point for concerns about greenwashing is the EU Platform on Sustainable Finance, a work in progress that is stumbling over the issue of whether to include nuclear and natural gas in its taxonomy as sustainable energy. The tentative plans to include nuclear and gas as “transitional” activities have been met with rigorous pushback from experts. “The biggest greenwash ever,” charged Andreas Hoepner, professor of operational risk, banking and finance at University College Dublin, speaking to Environmental Finance. Hoepnner, also a member of the EU Platform, was one of nine signatories in a letter warning that experts could resign their positions on the platform committee if the measure was included in the final act.

Responses to additional requests for input to the draft text are due imminently, and there will be another year of consultation before the proposed taxonomy becomes a legal regulation. The €250 billion question, as Net Zero Sensemaker notes in “You say green, I say greenwash,” is “whether the system, in final form, will be consistent with the EU’s target of reducing emissions by 55 percent by 2030.”

So what is to be done? One innovative solution, adopted by a quant adviser, is to use artificial intelligence to ferret out greenwashing. Andy Moniz, a data scientist at Acadian Asset Management, a $100 billion fund, uses natural language processing and machine learning to figure out what companies are really doing. Among the data he analyzes for hidden ESG risks are “transcripts of executives speaking at shareholder meetings, conferences, and on analyst calls for signs of evasiveness, vagueness, or a refusal to answer questions,” reports Bloomberg. What’s also novel is Moniz’s aim: to focus only on how ESG issues affect the bottom line. “We don’t treat ESG as any different to any other dataset,” Moniz says.

Memperlakukan ESG sebagai bahan dalam memproyeksikan keuntungan yang disesuaikan dengan risiko mungkin terdengar seperti praktik dasar, namun hal ini menandai satu langkah maju dalam penggunaan faktor-faktor ESG secara efektif dalam pengambilan keputusan investasi.

Sumber: https://www.greenbiz.com/article/rising-tide-green-funds-floats-greenwash-boats

Stempel Waktu:

Lebih dari bisnis hijau