Presiden UEA Membentuk Dewan AI dengan Undang-undang Baru

Presiden UEA Membentuk Dewan AI dengan Undang-undang Baru

Node Sumber: 3088026

Dalam keputusan penting, Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, mengumumkan pembentukan Dewan Kecerdasan Buatan dan Teknologi Maju (AIATC).

Langkah ini, yang dipimpin oleh pemerintah Abu Dhabi, bertujuan untuk menempatkan UEA di garis depan dalam sektor kecerdasan buatan (AI) dan teknologi maju secara global.

Baca juga: Meta Meningkatkan Ante dalam Perlombaan AI dengan Persenjataan Chip Tingkat Lanjut dan Konsolidasi Tim

Membangun era baru kepemimpinan teknologi

AIATC, yang merupakan gagasan pemerintah UEA, bukan sekadar tambahan kelembagaan belaka. Ini melambangkan pergeseran dalam pendekatan UEA menuju merangkul dan memelihara teknologi maju. Di bawah kepemimpinan Syekh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan sebagai ketua dan Syekh Khaled bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan sebagai wakil ketua, dewan ini diberi mandat yang signifikan.

“Resolusi Penguasa menunjuk Yang Mulia Syeikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan sebagai Ketua AIATC dan Syeikh Khaled bin Mohamed sebagai Wakil Ketua.”

Peran utamanya adalah mengawasi pengembangan dan implementasi kebijakan, strategi, dan program penelitian AI. Selain itu, upaya bersama dewan dengan mitra lokal dan global bertujuan untuk meningkatkan Kedudukan Abu Dhabi di bidang AI, selaras dengan aspirasi emirat untuk menjadi pusat investasi dan teknologi.

“Dewan akan bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan strategi terkait penelitian, infrastruktur, dan investasi dalam kecerdasan buatan.”

Demikian pula, beberapa tokoh terkemuka juga telah ditunjuk sebagai anggota untuk memastikan efisiensi dewan. Ini termasuk Yang Mulia Khaldoon Khalifa Al Mubarak, Yang Mulia Jassem Mohamed Bu Ataba Al Zaabi, dan Tuan Peng Xiao, CEO G42. Berbagai bidang pengetahuan mereka kemungkinan besar akan menjamin keberhasilan inisiatif ini, memperkuat reputasi UEA sebagai pemimpin dalam hal inovasi.

Strategi AI: Suatu keharusan untuk kemakmuran di masa depan

Inti dari inisiatif ini adalah keyakinan mendasar: negara dan perusahaan tanpa strategi AI akan bisa mengejar ketinggalan dalam bidang teknologi yang berubah dengan cepat. Berbicara di Forum Ekonomi Dunia (WEF24) di Davos, Swiss, Peng Xiao menyoroti pentingnya negara-negara mengadopsi strategi AI.

Dia menekankan bahwa negara-negara dan dunia usaha berisiko menjadi ketinggalan zaman kecuali mereka memiliki strategi seperti itu saat ini ketika AI menjadi lebih lazim. Wawasan ini menimbulkan pertanyaan penting: Bagaimana inisiatif yang diambil oleh AIATC membentuk posisi UEA baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam lingkungan teknologi global yang bergerak cepat? Pembentukan AIATC sejalan dengan sentimen ini, menggarisbawahi minat UEA untuk tidak hanya mengimbangi namun juga memimpin revolusi AI global.

Pendekatan kemajuan teknologi UEA

Perjalanan UEA menuju dominasi teknologi bukanlah sebuah narasi baru. Negara ini secara konsisten menaruh perhatiannya terhadap teknologi baru. Hal ini terbukti dari inisiatifnya seperti Strategi Blockchain Emirates yang diluncurkan pada tahun 2018, yang bertujuan untuk memajukan adopsi blockchain secara global. Strategi ini juga menyoroti efektivitas biaya, memproyeksikan penghematan tahunan sebesar hampir $3 miliar untuk UEA melalui teknologi blockchain.

Untuk semakin memperkuat posisinya di dunia teknologi, UEA telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan teknologi buku besar terdistribusi (DLT) terkemuka. Contoh penting adalah IOTA DLT Foundation, yang menerima lisensinya dari pemerintah Timur Tengah dan mendirikan kantor pusatnya di UEA.

“Beritanya akhirnya keluar: #IOTA adalah Yayasan DLT berlisensi dan teregulasi pertama di Abu Dhabi, UEA.”

Stempel Waktu:

Lebih dari Berita Meta