CISO Emirates Tandai Kesenjangan Keamanan Siber yang Merajalela

CISO Emirates Tandai Kesenjangan Keamanan Siber yang Merajalela

Node Sumber: 2989361

Sebagian besar kepala keamanan di Uni Emirat Arab percaya bahwa organisasi mereka harus meningkatkan fungsi tim, proses, dan teknologi mereka untuk memitigasi serangan siber di masa depan.

Penelitian oleh Teralis baru-baru ini menemukan bahwa 96% CISO — yang pernah mengalami insiden keamanan — merasa perlu adanya perbaikan, sementara 52% responden mengatakan organisasi mereka tidak memiliki pengetahuan teknis untuk menangani insiden keamanan yang kompleks.

Ketergantungan pada Proses Manual

Empat puluh delapan persen pemimpin keamanan percaya bahwa organisasi mereka terlalu bergantung pada proses manual, sehingga menghambat waktu untuk mendeteksi dan memperbaiki insiden dunia maya.

Selain itu, 44% responden menyalahkan kegagalan dalam memerangi kejahatan dunia maya karena proses yang tidak terdokumentasi dan diterapkan dengan baik, dan 44% responden lainnya memperingatkan bahwa terputusnya kontrol keamanan menyebabkan kurangnya konteks.

Jake Moore, penasihat keamanan siber global di ESET, mengatakan investasi berkelanjutan dalam perlindungan sangat penting bagi perusahaan karena ancaman siber semakin canggih dan umum.

“Selain itu, kini dengan diperkenalkannya ancaman AI, kita melihat serangan siber menjadi semakin dahsyat dan tiada henti,” katanya. “Perusahaan perlu mengingat bahwa biaya pemulihan dari serangan biasanya lebih besar daripada biaya tindakan keamanan preventif.”

Perhatikan Kesenjangannya

Meskipun kesenjangan dalam sumber daya teknis menyulitkan organisasi untuk mengenali dan merespons insiden keamanan siber, tim keamanan yang terbatas atau tidak memiliki perlengkapan yang memadai juga mempersulit hal ini. Lebih dari separuh responden (52%) menyebutkan kesenjangan dalam kemampuan keamanan mereka sebagai penyebab insiden keamanan yang dialami organisasi mereka. 

Sementara itu, 44% mengakui bahwa mereka belum mengonfigurasi tumpukan TI mereka dengan benar atau mengaktifkan kebijakan deteksi mereka. Sebanyak 40% lainnya mengatakan bahwa alat TI dan keamanan mereka tidak memberikan “visibilitas yang memadai” terhadap insiden. 

Moore mengatakan: “Mengabaikan keamanan siber dalam hal sumber daya manusia dan proses dapat menyebabkan bisnis terkena serangan yang dapat dicegah atau dimitigasi dengan konsekuensi yang berpotensi parah.”

Stempel Waktu:

Lebih dari Bacaan gelap