Hanya Tanda Tangan yang Tak Terjangkau, Kata Band K-Pop Virtual

Hanya Tanda Tangan yang Tak Terjangkau, Kata Band K-Pop Virtual

Node Sumber: 2923201

Lanskap digital telah menghadapi alur cerita yang tidak terduga dengan K-pop, sebuah sensasi global, yang berada di persimpangan revolusi yang didorong oleh AI.

Popularitas band K-pop virtual menunjukkan bahwa teknologi adalah tentang membuat hidup lebih sederhana dan mendefinisikan ulang konsep hiburan.

AI Memasuki Arena K-pop

Eternity, misalnya, adalah band Korea Selatan yang memiliki sebelas anggota yang dihasilkan oleh AI. Single terbaru mereka, “DTDTGMGN,” merangkum inti K-pop dengan setting yang jelas dan ritme yang energik. Namun yang membedakan mereka adalah tidak satu pun anggota band ini yang terlihat di kehidupan nyata. Oleh karena itu, kegembiraan nyata dari fanmeeting, merchandise, dan tanda tangan tidak ada.

Di balik layar, Pulse9 mempelopori upaya digital Eternity. Salah satu anggota band, Zae-in, secara khusus mencontohkan potensi tak terbatas dari dunia hiburan berbasis AI ini. Dengan memanfaatkan pertukaran wajah dan pembuatan suara AI secara real-time, Zae-in dengan lancar menyerap bakat sepuluh individu, mulai dari aktor hingga penyanyi. Terlebih lagi, kemampuan beradaptasinya tidak terbatas pada musik saja.

Tanggapan awal terhadap Keabadian terpolarisasi, dengan sifat luar biasa dari makhluk virtual yang menyebabkan kegelisahan. Namun, waktu telah menyaksikannya garis kabur antara avatar digital ini dan avatar di dunia nyata. Selain itu, komposisi musik juga mendapat manfaat dari sentuhan AI.

Misalnya, lagu Pulse9 “No Filter” menggabungkan kreativitas manusia dan kehebatan AI. Khususnya, entitas mapan seperti SM Entertainment juga menyelidiki hal ini, memberi petunjuk ke arah mana angin bertiup.

Beyond Eternity: Simfoni Digital MAVE

Secara paralel, MAVE, fenomena virtual lainnya, juga menarik perhatian. Didukung oleh Kakao Corp., anggota MAVE—SIU, ZENA, TYRA, dan MARTY—hanya ada di ranah digital. Para anggota ini, yang dibedakan dari desain rumit dan avatar canggih mereka, menunjukkan evolusi AI dalam industri hiburan.

Dengan generator suara yang canggih, band ini berkomunikasi dalam empat bahasa. Namun, mereka masih mengandalkan skrip yang telah ditentukan sebelumnya, yang membatasi antara spontanitas dan pemrograman.

Selain itu, Korea Selatan juga akrab dengan konsep penghibur virtual. Penyanyi virtual tahun 1998 Adam dan kemudian K/DA, terinspirasi oleh video game League of Legends, menjelajah ke bidang ini. Namun, kemajuan AI dan grafik digital telah mendorong generasi pita virtual saat ini menuju realisme yang tak tertandingi.

Avatar-avatar ini sekarang memiliki ekspresi wajah yang rumit dan nuansa detail seperti coretan rambut yang berbeda, yang membedakannya dari upaya sebelumnya.

Para ahli berpendapat bahwa pandemi ini mempercepat penerimaan terhadap penghibur yang digerakkan oleh AI. Seperti Lee Jong-im, a pop budaya Analis di Universitas Nasional Seoul, mengamati, pandemi yang berkepanjangan telah memfasilitasi para penggemar untuk berdamai dengan mode hiburan non-fisik. Secara signifikan, perbedaan antara dunia maya dan dunia nyata semakin memudar.

Namun, tantangan tidak bisa dihindari. Sifat manusia penghibur yang organik dan tak terduga menawarkan pesona yang tak tergantikan. Pakar studi budaya, Lee Gyu-tag, berpendapat bahwa idola virtual mungkin hanya dilihat sebagai alat teknologi canggih tanpa adanya ketidakpastian.

Sintesis Tradisi dan Teknologi

Meskipun gelombang band K-pop yang digerakkan oleh AI saat ini sedang menarik perhatian global, perjalanan ke depannya masih rumit. Namun, ikatan tradisional penggemar-artis berakar kuat pada interaksi dunia nyata, pertunjukan spontan, dan nuansa kemanusiaan yang tidak dapat ditiru sepenuhnya oleh idola virtual.

Namun, minat yang luas terhadap pita digital ini tidak dapat disangkal. Industri K-pop mungkin mengalami masa yang menarik karena batasan antara dunia nyata dan dunia maya semakin kabur. Apakah kelompok-kelompok yang digerakkan oleh AI akan saling melengkapi, hidup berdampingan, atau menaungi kelompok manusia lainnya, masih menjadi pertanyaan di masa depan.

Stempel Waktu:

Lebih dari Berita Meta