Game Plan Rupiah Digital Indonesia: Semua yang Perlu Anda Ketahui

Node Sumber: 1770160

Bank Indonesia mengumumkan mata uang digital bank sentral negara (CBDC), bernama “rupiah digital,” untuk melanjutkan inisiatif negara “transformasi digital lanjutan.”

Dijuluki "Proyek Garuda," dinamai burung legendaris Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia atau Bank Indonesia (BI), tersebut Inisiatif yang mencakup upaya mengeksplorasi desain yang optimal untuk CBDC Indonesia, atau Rupiah Digital. 

Bank Indonesia juga turut serta proyek CBDC, termasuk Proyek Dunbar internasional dan Proyek mBridge. Langkah ini akan menjadikan Indonesia sebagai yang terdepan dalam upaya mengembangkan CBDC. 

Tiga faktor kunci pengembangan rupiah digital

Mengembangkan rupiah digital sebagai CBDC Indonesia didorong oleh tiga faktor.

Pertama, BI akan menjadi satu-satunya lembaga yang berwenang menerbitkan mata uang digital Indonesia. Hal ini memungkinkan BI untuk merespon pesatnya perkembangan ekonomi dan keuangan digital dengan menerbitkan rupiah dalam bentuk digital. Hal ini juga untuk menjaga kedaulatan rupiah di era digital.

Tujuan Rupiah Digital

Tujuan Rupiah Digital. Sumber: Bank Indonesia

Kedua, BI berupaya memperkuat perannya di kancah internasional melalui penerbitan rupiah digital dan menempatkan Indonesia dalam radar dunia pengembangan CBDC bersama negara lain. Ini juga akan membantu keterlibatan BI dengan CBDC lain terkait inisiatif interoperabilitas.

Ketiga, dengan meluncurkan rupiah digital, BI berharap dapat mempercepat integrasi ekonomi dan keuangan digital nasional. Rupiah digital akan memastikan proses pasokan uang yang efektif dan terintegrasi antara ekonomi digital dan ekosistem keuangan dan struktur ekonomi yang ada.

Tiga tahap penerapan rupiah digital secara bertahap

Perkembangan rupiah digital akan bertahap dan berat uji, dan dibagi menjadi tiga tahap, tahap segera, tahap menengah, dan tahap akhir.

Tahapannya disusun berdasarkan empat kriteria kelayakan: kepentingan, urgensi, kesiapan, dan dampak, dimulai dengan konsultasi publik, dilanjutkan dengan eksperimen teknologi, dan diakhiri dengan kajian sikap kebijakan.

Peta Jalan Rupiah Digital

Peta Jalan Rupiah Digital. Sumber: Bank Indonesia

Tahap segera

Dalam waktu dekat, BI akan menjajaki ide grosir rupiah digital dengan fungsi terbatas pada penerbitan, pelunasan, dan transfer dana. 

Pada tahap ini, penggunaan rupiah digital relatif mudah karena hanya melibatkan ekosistem yang terbatas, kompleksitas terkait transaksi yang lebih sedikit, dan penyesuaian sistem yang minimal. 

Peserta tidak perlu menyiapkan node mereka; sebaliknya, mereka dapat menggunakan node berbagi yang disiapkan oleh BI. Tahap ini berfungsi sebagai landasan penting untuk pengembangan penggunaan selanjutnya. 

Tahap menengah

Pada tahap menengah, transaksi pasar keuangan dan operasi moneter akan diuji dan dapat memperoleh manfaat dari mata uang digital ini. 

Delivery versus Payment (DvP) semuanya akan diuji dengan rupiah digital. Cara ini menjamin transfer surat berharga hanya terjadi setelah dilakukan pembayaran untuk pasar uang antar bank dan operasi moneter, serta setelmen dana Central Counterparty (CCP). 

Tokenisasi sekuritas juga akan dikembangkan. Pada tahap ini, pihak-pihak yang terlibat sekarang harus menyiapkan simpulnya sesuai dengan kebutuhan transaksionalnya.

Tahap Akhir Negara

Pada tahap akhir akan diuji konsep integrasi end-to-end w-digital rupiah ke r-digital rupiah, yaitu rupiah digital masing-masing untuk pasar grosir dan retail. Masyarakat umum akan memiliki akses ke mata uang digital untuk melakukan pembayaran dan transfer peer-to-peer, bersama dengan perluasan grosir dan distribusi yang lebih luas. 

Konfigurasi Desain Rupiah Digital

Konfigurasi Desain Rupiah Digital. Sumber: Bank Indonesia

Pedagang besar perlu mengembangkan mekanisme distribusi, dan rupiah digital akan digunakan lebih luas, termasuk menerbitkan surat berharga digital oleh pihak di luar bank sentral. W-digital rupiah akan dijadikan agunan dalam operasi moneter dan pasar uang.

Sistem Tiering Rupiah Digital

Sistem Tiering Rupiah Digital. Sumber: Bank Indonesia

Memitigasi Risiko Keamanan Siber

Salah satu faktor yang menentukan efektivitas adopsi rupiah digital adalah pemenuhan persyaratan keamanan siber.

Rupiah Digital menghadapi risiko keamanan siber yang khas seperti sistem TI lainnya. Oleh karena itu, standar keamanan serupa juga diterapkan pada rupiah digital yang terdiri dari manajemen identitas dan akses (otentikasi dan otorisasi), manajemen keberlanjutan bisnis, manajemen patching keamanan, manajemen insiden, dan manajemen siklus pengembangan.

Penilaian Risiko Siber CBDC

Penilaian Risiko Siber CBDC. Sumber: Bank Indonesia

Penilaian dan identifikasi risiko yang timbul dari manusia, proses, dan teknologi akan dilakukan sesuai untuk menghasilkan desain teknologi rupiah digital yang aman, andal, dan tangguh. Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan sistem akan mengacu pada tiga prinsip dasar keamanan sistem informasi, yaitu kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan.

Tidak ada gangguan pada sistem perbankan dan pembayaran digital yang ada

Menurut bank sentral negara itu, perbankan dan sistem pembayaran digital di Indonesia tidak akan terganggu dengan memperkenalkan (CBDC).

Dalam keterangannya, Senin, BI mengatakan rencananya untuk meluncurkan CBDC tidak akan menawarkan suku bunga untuk menghindari persaingan dengan produk yang ditawarkan bank, seperti tabungan dan deposito.

BI menambahkan, rupiah digital tidak akan mempengaruhi likuiditas yang dibutuhkan oleh perbankan karena mata uangnya akan mirip dengan fisik uang kertas di sistem keuangan.

CBDC: Solusi bukti masa depan

BI melihat pengembangan CBDC sebagai solusi yang tahan masa depan dan alat yang cocok untuk menghubungkan peran bank sentral dalam mempertahankan sistem keuangan dengan kebutuhan publik dengan tetap menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan dalam ekosistem digital.

Hal ini disebabkan oleh Pandemi COVID-19 dan percepatan digitalisasi massal yang terjadi secara global, 

Sinergi dan Kolaborasi dengan Stake Holder

Sinergi dan Kolaborasi dengan Stake Holder. Sumber: Bank Indonesia

Meskipun interoperabilitas antara CBDC dari berbagai negara masih menantang, BI berupaya untuk bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF), Bank for International Settlements (BIS), dan Bank Dunia, di antara komunitas bank sentral global lainnya dan organisasi internasional, dalam mengembangkan rupiah digital.

Kredit gambar unggulan: Diedit dari Freepik di sini dan di sini

Cetak Ramah, PDF & Email

Stempel Waktu:

Lebih dari Fintechnews Singapura