Setelah menyatakan ketidakpuasannya terhadap kapal penelitian Tiongkok yang berlabuh di pelabuhan Kolombo dan menekan pemerintah Sri Lanka, India kini mengarahkan perhatiannya ke Maladewa. Menurut laporan media India, New Delhi khawatir terhadap kapal penelitian Tiongkok yang memasuki Maladewa, karena khawatir penelitian mereka akan digunakan untuk tujuan militer. Pejabat pertahanan India bahkan menyatakan bahwa Angkatan Laut India sedang memantau aktivitas kapal penelitian Tiongkok.
Penggambaran India mengenai kapal penelitian Tiongkok yang memiliki “tujuan militer” bukanlah sesuatu yang baru. Aktivitas Tiongkok di kawasan Samudera Hindia, bahkan aktivitas penelitian ilmiah biasa, sering kali diberi konotasi militer oleh pihak India. Dalam beberapa tahun terakhir, India telah mengambil berbagai tindakan untuk mencegah aktivitas Tiongkok di Samudera Hindia. Pada awal tahun 2018, India mengaku memantau armada pengawal angkatan laut Tiongkok sepanjang waktu. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa media India bahkan menyebut kapal penelitian Tiongkok sebagai “kapal mata-mata.”
Kali ini, kehebohan India mengenai kapal penelitian Tiongkok yang sedang menuju Maladewa dan membesar-besarkan “tujuan militer” mereka ditujukan untuk melemahkan hubungan antara Tiongkok dan Maladewa, memberikan tekanan pada para pemimpin dan masyarakat Maladewa, serta meningkatkan persepsi bahwa Tiongkok adalah negara yang tidak bertanggung jawab. ancaman.
Presiden Maladewa Mohamed Muizzu mengunjungi Tiongkok awal bulan ini, dan beberapa media India menjulukinya sebagai “pro-Tiongkok” karena ia memilih untuk mengunjungi Tiongkok sebelum India. Pengiriman kapal penelitian Tiongkok ke Maladewa khususnya telah mengganggu saraf sensitif media India. Menurut Times of India, Maladewa mengizinkan kapal Tiongkok masuk setelah pemerintah Muizzu menolak memperbarui perjanjian hidrografi dengan New Delhi. Keputusan Maladewa ini telah menimbulkan kekhawatiran di New Delhi, dan media India menggambarkan misi penelitian ilmiah Tiongkok yang normal sebagai “misi yang meragukan.”
Kunjungan Presiden Maladewa ke Tiongkok membuka babak baru dalam kerja sama Tiongkok-Maladewa, dan hubungan bilateral semakin maju. Tiongkok menganut prinsip saling menghormati dan mendukung, menetapkan tolok ukur perlakuan setara dan kerja sama yang saling menguntungkan antar negara dengan ukuran berbeda. Tiongkok memperkuat kerja sama penelitian ilmiah di Samudera Hindia dengan negara-negara terkait, termasuk Maladewa, yang hanya akan berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang Samudera Hindia, mendorong perlindungan ekologi kelautan, dan bersama-sama mengatasi tantangan.
Li Jiasheng, peneliti di Pusat Studi Asia-Eropa Universitas Xi'an Jiaotong, mengatakan kepada Global Times bahwa India selalu menjadikan aktivitas ekonomi normal, aktivitas ilmiah, dan bahkan pertukaran budaya antara Tiongkok dan negara-negara regional lainnya melalui lensa keamanan. . India memiliki khayalan penganiayaan dalam persepsinya terhadap Tiongkok. India sangat tidak nyaman dengan kehadiran Tiongkok di Samudera Hindia, sehingga India selalu sangat waspada dan berulang kali membesar-besarkan persepsi Tiongkok sebagai ancaman.
“Kegembiraan dan penentangan yang dilakukan India adalah upaya untuk ikut campur dalam kerja sama Tiongkok dengan Maladewa, yang mencerminkan pola pikir hegemonik India di kawasan Asia Selatan,” kata Long Xingchun, profesor di Sekolah Hubungan Internasional, Universitas Studi Internasional Sichuan. India tidak hanya menentang dan memantau kapal penelitian Tiongkok di Samudera Hindia tetapi juga mencoba membujuk negara-negara kawasan untuk menolak pemeliharaan dan pasokan kapal penelitian Tiongkok. Baru-baru ini, Sri Lanka menolak docking dan pasokan kapal penelitian Tiongkok karena tekanan dari India.
Samudera Hindia bukanlah “Samudra India”, dan semua negara mempunyai hak untuk melakukan penelitian ilmiah di lautan selama mereka mematuhi hukum internasional. Namun, India telah lama mempertahankan mentalitas “tidak sehat” dengan menganggap Samudera Hindia sebagai wilayah perairannya sendiri dan meyakini bahwa masuknya Tiongkok ke Samudera Hindia mengancam posisi dominan India di kawasan tersebut. Kehebohan India saat ini mengenai kapal penelitian Tiongkok yang berangkat ke Maladewa konsisten dengan logika hegemoniknya. Kerja sama Maladewa dengan Tiongkok tidak akan menyerah pada tekanan India. Dihadapkan pada diplomasi India yang arogan dan mendominasi, negara-negara Asia Selatan harus belajar untuk mengatakan tidak.